morisecchi
1 min readOct 6, 2023

--

Biru langit yang cerah dan lembut seperti kamu.

Biru langit muda yang lembut dan tenang mungkin akan selalu jadi warna yang menggambarkan betapa tenang dan nyamannya kamu ketika dipandang,didengar,ataupun dipeluk.

Selayaknya langit biru, semua orang mungkin senang dan damai memandangimu yang diiringi oleh awan-awan yang melayang lembut bak kapas putih bersih yang menari-nari tak tentu arah.

Kalau kamu adalah langit biru yang indah itu, maka aku adalah matahari jam dua belas siang yang selalu dikeluhkan “Duh, panas sekali.” oleh orang-orang yang berusaha menatapku. Tajam,panas,dan menyilaukan.

Kadang aku bertanya pada diriku sendiri, apa tidak apa-apa menjadi mentari sepanas ini? Banyak orang yang tak nyaman dengan matahari yang sungguh silau, bukan?

Ketika kamu memilih bersanding dengan matahari terik siang bolong satu ini, aku pun akhirnya mengerti.

Bahwa matahari yang terik itu pula yang menyinari dan membuat banyak hal di dunia ini terlihat jelas. Salah satu yang paling indah, membuat langit biru itu makin jelas terlihat damainya ketika dipandang dengan lekat sampai hati.

Terima kasih, sudah memaklumi betapa panas dan riuhnya sang mentari. Dan memilih tetap menjadi tempatnya bernaung bahkan ketika dunia mengeluhkan dirinya yang menyilaukan.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

morisecchi
morisecchi

Written by morisecchi

0 Followers

Thoughts on the clouds, heart belongs to him.

No responses yet

Write a response